Thursday, April 28, 2016

Hobi Berbuah Rezeki

Wanggi Hoed, begitu biasanya ia dipanggil oleh teman-temannya. Sebuah Nama panggung karena aktivitas dan dedikasinya dalam dunia kesenian. Baik panggung seni maupun panggung publik yang menjadikan nama tersebut dikenal di Indonesia dan dunia.

Aktor yang baru berusia 27 tahun ini memiliki ciri khas kumis yang tebal dan melintir mirip dengan tokoh Tjokroaminoto. Berpenampilan sederhana, serta perawakannya yang kecil.

Ia berprinsip bahwa sebuah karya akan berbicara dengan jalannya sendiri. Baik di masa lalu dan masa yang akan datang. Ia mempengaruhi pikiran masyarakat pada generasinya.

Wanggi Hoediyatno lahir pada tanggal 24 Mei 1988. Di sebuah blok bekas pertahanan pada zaman penjajahan belanda bernama Benteng, Jalan Kyai Haji Agus Salim No. 98, Desa Pegagan, Kecamantan Palimanan, Kabupaten Cirebon 40265, Jawa Barat, Indonesia.

Alur hidup Wanggi Hoediyatno bisa dikatakan hampir mirip Charlie Chaplin. Sama-sama hidup sebagai seorang artis pantomime, aktor, dan juga penulis. Membandingkan sosok Wanggi dengan Charlie Chaplin mungkin tidak sepenuhnya tepat, tapi hidupnya penuh harapan dan cita-cita. Meskipun ia lahir bukan dari keluarga yang berlatar belakang dunia kesenian, tetapi ia terus menikmati kegelisahan untuk berkarya dalam berkeseniannya.

Wanggi merupakan anak ke empat dari lima bersaudara dari pasangan suami istri Rahudi Budiardjo dan Leli Sulaeli. Ayahnya adalah pensiunan pegawai negeri BUMN yang tegas dan bijak. Dan ibunya adalah ibu rumah tangga yang piawai dalam masak-memasak di dapur.

Wanggi seorang anak muda yang gemar berpetualang. Menjelajahi ruang dan waktu tiada batas dengan sebuah harapan dan cinta. Serta mimpi – mimpi dirinya yang akan terus mengalir, bergulir dan bergerak mengikuti roda zaman pada masanya. Ia terus belajar serta berjuang untuk masa depan dari generasi ke generasi dunia seni. Ia tidak pernah berhenti berkesenian.

Ia aktif turut serta berpartisipasi dalam berbagai acara atau kegiatan kebudayaan dan kesenian serta pelestarian lingkungan juga kemanusiaan. Baik dalam skala lokal, nasional, maupun international.

Mencintai Dunia Seni

Sejak kecil ia sudah mencintai dunia seni dan ia mulai aktif di dunia seni rupa, yaitu seni lukis. Ia sering memperoleh beberapa penghargaan atas karyanya tersebut. Sampai sekarang, di setiap waktu senggangnya ia selalu mengisi dengan coretan sketsa pada lembaran kertas.

Tapi setelah ia menduduki bangku kuliah di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI), ia mengambil prodi penyutradaraan. Ia juga aktif di seni teater dan bergabung di kelompok teater bernama “Teater Cassanova”.

Tidak hanya terlibat sebagai aktor, ia pun sebagai divisi propaganda, jaringan komunikasi dan juga team artistik panggung. Tidak hanya dalam dunia seni, Wanggi juga ikut bergabung dalam hal-hal lain dalam kehidupan sehari-hari. Ia membentuk sebuah ruang untuk para pecinta sepeda onthel, yang diberi nama Komunitas Sepeda Kampus atau dikenal dengan Komunis Kampus.

Setelah ia mendapatkan gelar sarjana pada tahun 2012, ia mendirikan sebuah ruang seni pantomime bersama para seniman pantomime Bandung yang bernama “Imaji Mime Theatre” kemudian berevolusi menjadi “Mixi Imajimimetheatre Indonesia”. Ruang seni tersebut berperan penting dalam dunia seni pantomime di Bandung, Indonesia bahkan Internasional. Wanggi kini dikenal luas sebagai artis pantomime di Indonesia dan dunia.

Selain aktif di dunia seni teater, pantomime dan juga bersepeda, ia juga pernah terlibat di beberapa komunitas non-seni dan organisasi kemasyarakatan. Ia seringkali menggelar pentas pantomime di ruang publik, ruang budaya dan ruang seni lainnya.

Dalam dunia seni, seluruh konsep berkarya didasarkan pada pengetahuan interdisipliner, menekankan pendapat pribadi juga bersama melalui musyawarah kesepakatan, semua berdasar pengalaman dari perjalanan berkeseniannya.

Sosial Budaya 

Dalam proses berkeseniannya ia selalu mengangkat isu sosial budaya serta kemanusiaan juga pelestarian lingkungan yang terjadi di masyarakat yang sedang berkembang saat ini.

Ia memadupadankan dengan seni kekinian, kontemporer, modern juga budaya lokal yang menjadi satu kesatuan energi seni yang menjadikan nafas dalam daya cipta, karsa, serta rasa dengan bumbu yang harmoni berirama kedamaian hati serta jiwa dan juga mengganggu pikiran penikmat dalam karya-karyanya.

Ia pernah mempertunjukan karya seni pantomimenya di hadapan beberapa orang penting di Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti Ketua MPR RI Taufik Kiemas, Seniman yang familiar dengan kalimat “Jancuk” Sujiwo Tedjo, dan Seniman Bali yang dahulu terkenal dengan “Lady Rocker Indonesia” yaitu Ayu Laksmi.

Keberhasilannya terus berkembang sampai ia mendapatkan kesempatan berkolaborasi bersama dengan seniman dari kelompok Sirkus Teater Kontemporer Perancis “CHABATZ D’ENTRAR” yaitu Anne Keller, Olivier Leger, Damien Caufepe, Silvere Bartoux dan seniman dari Indonesia lainnya, yaitu Permata Andika Rahardja “Body Movement” dan Duo Pop Musik Elektronik Indonesia “BOTTLESMOKER” Angkuy dan Nobi.

Pertunjukan Sirkus Kontemporer yang berjudul “DI SINI, SEKARANG DAN DI SANA” menggunakan properti bambu, engrang dan beberapa barang-barang sehari-hari untuk menciptakan sebuah keseimbangan yang rapuh dan mempertemukan unsur tradisi dan moderenitas dalam essensi pertunjukannya, dengan dua konsep ruang pertunjukan yaitu di luar ruangan dan dalam ruangan.

Pertunjukan yang dipentaskan keliling ke luar kota sampai ke luar negeri, yaitu Medan, Makassar, Balikpapan, Surabaya, Malang, Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Dili Timor Leste dan Hanoi dan Ho Chi Minh di Vietnam.

Perjalanan tour Kolaborasi Sirkus Kontemporer yang sangat menyenangkan itu berlangsung selama dua bulan. Karya repertoar pantomimenya menjadi salah satu inspirasi dan pembicaraan banyak media massa, kalangan seni dan non-seni, dari anak-anak, pemuda hingga orang tua dan lanjut usia.

Dan kini, ia sedang melakukan riset, menuliskan tentang fenomena kesenian, penjelajahan dan eksplorasi dari sebuah perjalanan dirinya dalam mengangkat kembali bangunan cagar budaya di Indonesia “The Journey Explorer History Of Indonesia” dengan media seni pantomime.

Ia berupaya dan berusaha mempromosikan, mengkampanyekan serta saling mengingatkan juga mengenang kembali tentang seni, sejarah dan budaya Indonesia yang masih ada hingga kini.

Serta kepedulian dan kecintaannya terhadap lingkungan di sekitar dengan sebuah petualangan ke beberapa kota di Indonesia dan dunia, dengan cara perjalanan hemat ala traveller/backpacker dengan nama “Backpacker Nyasar Nyusur History Indonesia” melalui ruang seni silaturahmi sejarah budaya ini yang merupakan salah satu program kekaryaan dari Mixi Imajimimetheatre Indonesia.

 Atas keberhasilan yang telah ia peroleh, membuat lelaki yang memiliki kumis tebal dan melintir ini menjadi terkenal dan namanya diperbincangkan dimana-mana.

0 komentar:

Post a Comment